Friday, April 18, 2014

Permainan Bola Basket


Kata dasar dari permainan adalah main. Kata main menurut Poerwadarminta (1984:620) berarti, “Perbuatan untuk menyenangkan hati (yang dilakukan dengan alat-alat atau tidak).” Kata kerja dari permainan menurut Poerwadarminta (1984:620) adalah bermain yang berarti, “Melakukan sesuatu (dengan alat dan sebagainya) untuk bersenang-senang; berbuat sesuatu dengan bersenang-senang saja.” Kemudian Sukintaka (1991:1) menyatakan bahwa, “Bermain merupakan kata kerja sedangkan permainan merupakan kata benda. Individu bermain berarti individu mengerjakan suatu permainan, sedangkan permainan merupakan sesuatu yang dikenai kerja bermain.” Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa permainan merupakan kata benda yang menunjukkan suatu kegiatan baik bersifat fisik maupun psikis, menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat, dan dilakukan secara perorangan maupun kelompok.
Olahraga bola basket termasuk dalam olahraga permainan, karena ada alat atau objek yang digunakan untuk bermain yaitu bola dan aktivitas bermain yang dilakukan dapat memberikan kesenangan.
Olahraga bola basket merupakan suatu permainan beregu yang menuntut kerjasama dari tiap anggota dalam satu tim.  Kerjasama tersebut dilakukan melalui penggunaan taktik dan strategi dengan cara mengoper bola dari satu pemain ke pemain lainnya. Olahraga bola basket sebagai permainan ditunjukkan dengan penggunaan alat berupa bola basket yang dimainkan dengan cara dipantul-pantulkan dan dilempar. Tujuan utama dari permainan ini adalah memasukkan bola ke keranjang lawan dengan sebanyak-banyaknya dan menjaga keranjang sendiri dari serangan lawan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam dokumen PERBASI (1995:15) sebagai berikut:

Bola basket dimainkan oleh dua regu yang masing-masing terdiri atas 5 orang pemain. Tiap-tiap regu berusaha memasukkan bola ke dalam keranjang regu lawan dan mencegah regu lawan memasukkan bola atau membuat angka/score. Bola boleh dioper, digelindingkan, atau dipantulkan/didribble ke segala arah, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa permainan bola basket merupakan permainan beregu dan menggunakan bola sebagai alat permainannya dengan tujuan memasukkan bola ke keranjang lawan melalui penggunaan teknik, taktik dan strategi bermain.

  1. Karakteristik Permainan Bola Basket
Bola basket merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dimainkan oleh dua tim yang berlawanan, setiap tim terdiri dari 12 pemain, masing-masing tim menurunkan 5 orang pemain yang pertama bermain di lapangan. Setiap tim berusaha membuat skor dengan cara memasukkan bola ke keranjang lawan sebanyak-banyaknya dan berusaha mencegah lawan untuk memasukkan bola.
Permainan bola basket mempunyai karakteristik sebagai berikut:
  1. Dimainkan secara beregu
  2. Menggunakan bola basket sebagai alat atau objek permainannya
  3. Menggunakan ring atau keranjang sebagai sasaran tembak untuk menghasilkan angka
  4. Bola dimainkan dengan cara dipantulkan ke lantai, dilempar atau dioper, dan digelindingkan.
  5. Mempunyai peraturan permainan yang berbeda dengan permainan lainnya.
 Permainan bola basket termasuk ke dalam cabang olahraga yang memiliki gerakan yang komplek, karena aktivitasnya meliputi gerakan seluruh tubuh dan anggota badan, yaitu kaki, tangan, serta togok badan yang secara bersama seluruhnya aktif. Seperti saat melakukan dribbling, kaki terus bergerak searah pergerakan, tangan memantul-mantulkan bola, togok berfungsi sebagai penyeimbang pergerakan kaki dan tangan. Gerakan tersebut dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu.
Pola gerak dasar dari olahraga bola basket adalah berlari, melompat dan berjalan. Pola gerak tersebut relatif dominan digunakan dalam permainan bola basket, seperti pola gerak dasar berjalan dilakukan pada saat mendribble bola dan mengatur posisi sesuai strategi yang diterapkan. Pola gerak lari dilakukan pada saat mendribble bola, mengatur posisi sesuai strategi yang diterapkan, dan mengejar lawan yang membawa bola. Pola gerak melompat dilakukan pada saat melakukan tembakan dan menghalangi lawan yang akan melakukan tembakan.

  1. Antropometrik Tubuh Dalam Cabang Olahraga Bola Basket
Secara antropometrik, tinggi badan pemain bola basket di Indonesia cenderung di bawah rata-rata pemain bola basket di negara-negara lainnya, sehingga secara postur tubuh saja pemain-pemain bola basket di Indonesia relatif berada di bawah pemain dari negara-negara di kawasan Asia apalagi dibandingkan dengan pemain-pemain bola basket yang bermain dalam kompetisi NBA di Amerika.
          Kekurangan secara antropometik yang dimiliki pemain bola basket di Indonesia merupakan kenyataan dan kondisi yang harus diterima. Namun hal ini tidak berarti segalanya menjadi sia–sia, karena hasil dan prestasi dalam olahraga bola basket tidak hanya ditentukan oleh faktor antropometrik saja, tetapi mencakup banyak faktor diantaranya kualitas fisik, teknik, taktik, dan mental.
Aspek antropometrik sebagai salah satu kriteria dalam pemanduan bakat dan potensi atlet dalam suatu cabang olahraga menggambarkan tentang kesesuaian antara bentuk, tinggi dan berat badan dengan tuntutan cabang olahraga. Hal ini dilakukan agar kendala dan hambatan secara antropometrik dapat diminimalisasi, sehingga prestasi dapat dicapai secara maksimal. Mengenai antropometrik dijelaskan oleh Kretshcmer (t.t.) dalam Nurhasan (2000:43) sebagai berikut:

1.      Tipe Piknis, ciri-cirinya adalah:
a.    Badan agak pendek
b.    Dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar.
c.    Leher pendek dan kuat
d.   Lengan dan kaki agak lemah
e.    Banyak lemak, sehingga otot-otot dan tulang-tulangnya tidak tampak nyata.
2.      Tipe Leptosom, ciri-cirinya adalah:
a.      Badan langsing kurus
b.     Rongga dada kecil, sempit pipih
c.      Lengan dan tungkai kurus
d.     Muka bulat telur
e.      Berat badan relatif kurang
3.      Tipe Atletis, ciri-cirinya adalah:
a.    Tulang-tulang dan otot nampak kuat
b.    Badan kokoh dan tegap
c.    Tinggi badan cukupan
d.   Bahu lebar dan dada besar serta kuat
e.    Muka bulat telur, badan lebih pendek dari tipe leptosom.
4.      Tipe Diplatis, tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe di atas dan memiliki ciri-ciri yang khas yaitu menyimpang dari konstitusi normal.


Dari tipe-tipe yang telah dijelaskan di atas, dapat dilihat bahwa tipe atletis adalah tipe yang cocok untuk pemain bola basket, karena dalam setiap olahraga khususnya olahraga bola basket memerlukan tubuh yang memiliki bentuk badan yang kuat, kokoh, tegap dan tinggi.

  1. Kondisi Fisik Pemain Bola Basket
Aspek kondisi fisik merupakan aspek yang paling mendasar bagi pengembangan aspek-aspek lainnya dan memberikan peranan yang sangat penting dalam pencapaian suatu prestasi olahraga. Hal ini oleh Harsono (1988:153) dijelaskan, “Sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet.” Kemudian Sajoto (1988:16) mengemukakan, “Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi.”
Secara umum kondisi fisik yang perlu dimiliki dan dilatih secara seksama terdiri dari beberapa komponen, Harsono (1988:100) menyebutkan, “Beberapa komponen kondisi fisik yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kekuatan otot (strength), kelentukan (fleksibility), kecepatan, stamina, kelincahan (agility) dan power.” Hal ini didasarkan pada tuntutan setiap cabang olahraga yang umumnya membutuhkan daya tahan, kekuatan, kecepatan dan kelentukan serta gabungan dari komponen fisik tersebut.
Penjelasan di atas menegaskan bahwa kondisi fisik merupakan bagian yang paling mendasar dalam usaha meningkatkan prestasi seorang atlet. Oleh karena itu dalam proses pelatihan cabang olahraga khususnya bola basket perlu adanya penekanan pada aspek fisik dengan tidak mengenyampingkan kondisi-kondisi lainnya seperti teknik, taktik dan mental. Hal ini didasarkan pada tuntutan olahraga bola basket yang dinamis dan membutuhkan penguasaan keterampilan yang sempurna sehingga faktor fisik menjadi sangat penting untuk mendukungnya.
Kondisi fisik yang diperlukan oleh seorang pemain bola basket adalah daya tahan umum, kekuatan, power, kelentukan dan kelincahan. Hal ini didasarkan pada tuntutan olahraga bola basket, seperti daya tahan umum dibutuhkan karena permainan bola basket dilakukan dalam waktu yang relatif lama dan pergerakan yang dinamis sehingga membutuhkan dukungan daya tahan tubuh yang memadai untuk mengatasi kelelahan, kekuatan dan power dibutuhkan untuk melakukan pergerakan baik dengan bola maupun tanpa bola, khususnya saat mendribble bola, mengejar lawan, dan shooting dengan lompatan, sedangkan kelentukan dan kelincahan dibutuhkan untuk dapat melakukan perubahan arah pergerakan dengan cepat dan tepat tanpa kehilangan keseimbangan, menghindari kejaran lawan, dribbling dan pergerakan lainnya. Harsono (1988:204) menjelaskan, “Komponen fisik beberapa anggota tubuh yang diperlukan oleh cabang olahraga basket adalah: kekuatan otot bahu, kekuatan dan daya tahan otot lengan, kekuatan, daya tahan, kelincahan dan kelentukan otot tungkai.” Komponen kondisi fisik tersebut merupakan komponen kondisi fisik dasar yang harus dimiliki oleh pemain bola basket yang selanjutnya perlu ditingkatkan seperti kelentukan menjadi kelincahan yaitu gabungan dari kelenturan dan kecepatan, power yaitu gabungan dari kekuatan dan kecepatan serta daya tahan umum gabungan dari kemampuan kerja jantung dan pernafasan. Mengacu dari paparan para ahli di atas maka kondisi fisik yang diperlukan oleh seorang pemain bola basket adalah: daya tahan, power dan kelincahan.


  1. Teknik Dasar Bola Basket
Secara teknis, setiap pemain bola basket akan menampilkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk membawa tim memenangkan pertandingan. Pola permainan individu dan tim pun diterapkan. Namun keberhasilan dari suatu penyerangan untuk meraih angka bergantung pada kemampuan individual yang akan menggambarkan kemampuan secara tim. Oleh karena itu setiap pemain bola basket harus menguasai tiga unsur penting dalam teknik bermain bola basket yaitu menangkap dan melempar bola (catch and pass), menggiring bola (dribble) dan menembak (shoot).
Bola basket merupakan suatu cabang olahraga yang memiliki teknik gerakan yang komplek dan memiliki tujuan memasukan bola ke sasaran yang berada di atas lantai setinggi 305 cm yaitu ring. Untuk dapat memainkan bola basket dengan baik dan sempurna diperlukan latihan gerakan teknik secara terus menerus sehingga menimbulkan efisiensi kerja dan latihan yang teratur sehingga dapat menjadikan gerakan menjadi lebih efektif. Pada permainan bola basket untuk mendapatkan gerakan yang efektif dan efisien perlu didasarkan pada penguasaan teknik yang baik. Adapun teknik dasar tersebut adalah sebagai berikut:

            a.    Teknik Dasar Dribbling
Teknik dasar ini merupakan suatu ciri khas dalam permainan bola basket. Tujuan dari teknik dasar dribbling ini adalah untuk mendekati daerah pertahanan lawan dan dalam usaha untuk mencari kesempatan untuk membuat point. Selain itu dribbling dilakukan untuk menghindar dari tekanan dan cegatan lawan.
Krause (1999:44) menyatakan, “Dribbling is a touch skill, not is sight skill.” Maksudnya dribbling adalah kemampuan menyentuh bola bukan kemampuan melihat bola. Menggiring bola adalah salah satu cara yang diperolehkan oleh peraturan untuk membawa bola lebih dari satu langkah, asal bola tersebut sambil dipantulkan, baik dengan jalan maupun berlari. Menggiring bola yang diperbolehkan oleh aturan yang berlaku adalah hanya dengan menggunakan satu tangan saja baik itu tangan kiri ataupun tangan kanan, tetapi tidak diperbolehkan untuk menggiring bola dengan menggunakan dua tangan secara bersama-sama namun harus bergantian antara tangan kanan dengan tangan kiri. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal seorang pemain bola basket harus melatih dribbling atau menggiring bola baik dengan tangan kanan ataupun dengan tangan kiri dengan tingkat level yang sama, sehingga kemampuan atau kemahiran dari tangan kanan atau tangan kiri sama atau seimbang.
Mengenai cara melakukan teknik dasar menggiring bola atau dribbling, Krause (1999:44) menjelaskan sebagai berikut:

The dribble is executed by first extending the elbow and flexing the wrist and fingers. Dribble with the wrist, hand, and a little forearm motion. The ball is controlled by the fingers and pads of the hand (the ball should be kept off the heel of the hand); the fingers are spread comfortably and should be cupped around the ball. Massage the ball, but dribble it firmly.

     
Maksud penjelasan di atas adalah menggiring bola dilakukan melalui gerakan ektensi siku, serta gerakan fleksi pergelangan dan jari-jari tangan. Menggiring bola dengan pergelangan tangan, lengan dan sedikit gerakan lengan bawah. Bola berada dalam kontrol jari-jari tangan dan telapak tangan. (bola harus berada diantara tumit dan lengan). Jari-jari tangan dilebarkan dengan nyaman dan harus menutupi bola. Tekan bola, tetapi menggiring bola dengan kuat.
Adapun pelaksanaan teknik dribbling adalah sebagai berikut: Salah satu kaki ke depan (yang berlawanan dengan tangan yang melakukan dribbling), lutut ditekuk, badan agak condong ke depan, berat badan diantara dua kaki, bola dipantulkan bukan dipukul ke lantai, gerakan tangan mengikuti gerak bola, pergelangan tangan tidak kaku dan sikut sebagai sumbu gerakan, pandangan ke depan, dapat dilakukan dengan di tempat atau mundur dan maju sambil berjalan maupun berlari.

b.  Teknik Dasar Shooting
Shooting atau menembak bola ke arah keranjang adalah merupakan salah satu upaya untuk mencetak angka. Teknik shooting mempunyai berbagai macam variasi. Variasi shooting ini dilakukan dan disesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan di mana pemain tersebut menerima bola. Untuk selanjutnya dapat melakukan teknik shooting.
Teknik ini harus dilakukan berulang-ulang dan berkali-kali. Latihan shooting ini dilakukan setiap kali ada kesempatan sehingga dapat menimbulkan otomatisasi gerakan. Teknik ini merupakan teknik yang penting karena tujuan permainan bola basket itu sendiri adalah untuk memasukan bola sebanyak-banyaknya ke keranjang lawan. Teknik ini merupakan tujuan terakhir dari sebuah serangan. Adapun cara melakukan teknik shooting (set shot) adalah sebagai berikut:
a)      Sikap Awal: kedua kaki sejajar atau salah satu kaki ke depan, bola dipegang oleh dua tangan di depan atas kepala, jari-jari tangan direnggangkan untuk menguasai bola, letak tangan kiri di samping bola berfungsi untuk menjaga bola dan mengimbangi gerakan tangan kanan, sikut kanan dibengkokkan, badan menghadap ke ke depan (sasaran/ring),
b)     Sikap Pelaksanaan: Lepaskan bola dari tangan kanan dibantu gerakan pergelangan tangan sambil meluruskan lengan hingga telapak tangan menghadap ke bawah, lutut diluruskan bersamaan dengan gerakan lengan, arah bola melengkung/parabola,
c)      Sikap Akhir: lengan yang melakukan tembakan lurus ke depan atas dengan telapak tangan menghadap ke bawah dan berat badan ada di depan.

            c.  Teknik Dasar Cacth And Passing
Teknik ini dirasakan perlu sebagai cara untuk mempermudahkan bermain bola basket, maksudnya adalah bola basket sebagai permainan beregu memungkinkan terjadinya kerjasama antar anggota tim, salah satunya yaitu dengan teknik catching and passing selanjutnya dalam teknik catching istilah yang biasa digunakan adalah menerima bola. Krause (1999:42) menjelaskan sebagai berikut:

There are three methods of catching the ball. The first is with two hands up (thumbs together), used when the pass is near the middle of the body and above the waist. The second is with two hands down (thumbs apart), used when the pass is near the middle of the body and below the waist. The third method is the block and tuck, used when the pass is to either side of the body. The ball is blocked with one hand tucked with the other hand. Both hands should be placed on the ball immediately.

Apabila teknik dasar tersebut telah di kuasai dengan baik oleh seorang pemain, maka barulah ia dapat bermain basket dengan baik, tetapi untuk dapat lebih meningkatkan penguasaan teknik yang lebih tinggi haruslah ditambah dalam hal pengulangan latihan (drill), sehingga gerakan tersebut dapat menjadi gerakan yang otomatis.
Adapun pelaksanaan teknik catch dalam permainan bola basket adalah sebagai berikut:
a)      Sikap awal: berdiri dengan kaki sejajar selebar bahu, kedua lutut ditekuk, pandangan ke depan, kedua lengan ditekuk ke samping di depan dada.
b)      Sikap pelaksanaan: kedua lengan diluruskan saat bola semakin dekat, diikuti gerak bola sambil menangkapnya oleh kedua tangan di depan dada,
c)      Sikap akhir: memegang bola dengan kedua tangan di depan dada dalam keadaan terlindungi oleh badan (ball close on body) dengan menjaga keseimbangan.
Adapun pelaksanaan teknik passing dalam permainan bola basket adalah sebagai berikut:
a)      Sikap awal: memegang bola dengan dua tangan, siku dibengkokkan ke samping sehingga bola dekat dengan dada, sikap kaki sejajar atau jaraknya selebar bahu, lutut ditekuk, badan condong ke depan dan keseimbangan.
b)      Sikap pelaksanaan: dorong bola ke depan dengan dua tangan sambil meluruskan lengan dan akhiri dengan lecutan pergelangan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke luar, arah bola sesuai kebutuhan,
c)      Sikap akhir: sesuai dengan irama gerakan melepaskan bola dari tangan, maka berat badan pindah ke depan.

              d.     Footwork (Kerja Kaki)
            Agar sebuah penyerangan menjadi lebih efektif, seorang pemain bola basket  harus meningkatkan pergerakan dan kecepatan kaki. Semakin efisien langkah kaki bergerak maka semakin baik hasilnya. Dengan footwork yang baik, maka pemain bola basket akan dapat membuat lawannya mati langkah.
Footwork dalam olahraga bola basket mempunyai peranan yang cukup penting, terutama untuk pergerakan dengan membawa bola. Dengan kemampuan footwork yang baik, maka seorang pemain bola basket akan dengan mudah melakukan berbagai gerakan, baik saat akan melakukan shooting, dribbling maupun passing.

Monday, August 26, 2013

Olahraga Judo



          Olahraga beladiri saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat di tanah air, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Banjarmasin. Mulai dari olahraga beladiri yang bersifat tradisional sampai dengan olahraga beladiri yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di masa mendatang, dan mulai dari olahraga beladiri yang bersifat kesehatan sampai dengan olahraga beladiri yang bersifat prestasi.
Judo merupakan salah satu olahraga beladiri yang dikembangkan dan dibina bukan saja untuk meningkatkan kebugaran jasmani, melainkan juga digunakan untuk membina mental dan kepribadian seseorang. Bahkan judo merupakan olahraga yang dapat mengharumkan nama bangsa di kancah olahraga internasional melalui prestasi-prestasi, seperti yang ditunjukkan oleh atlet-atlet judo pada even olahraga internasional seperti Sea Games dan Asian Games.
Olahraga judo diciptakan pada tahun 1882 oleh Jigoro Kano. Judo merupakan olahraga beladiri yang berasal dari Jujitsu atau disebut Yawara dan Taijutsu.  Keduanya merupakan jenis Bujutsu (seni beladiri tradisional Jepang), yaitu perkelahian tangan kosong. Taijutsu dan Yawara adalah suatu sistem serangan yang melibatkan bantingan, pukulan, tendangan, cekikan, patahan sendi, memutar pinggang, menjatuhkan lawan dan bertahan sewaktu diserang dengan tangan kosong.
            Mengenai arti dan asal kata Judo oleh Jigoro Kano (1989:16) dijelaskan sebagai berikut:

The word jujutsu and judo are each written with two Chinese characters. The Ju in both is the same and means “gentleness” or “giving way”. The meaning of Jutsu is “art, practice”, and Do means “principle” or “way”, the way being the concept of life it self. Jujutsu may be translated as “the gentle art”, judo as “the way of gentleness”, with the implication of first giving way to ultimately gain victory.

            Penjelasan di atas dapat diartikan bahwa kata jujitsu dan judo ditulis dalam dua bentuk huruf China. Kedua kata ju antara jujutsu dan judo memberikan pengertian yang sama yaitu lemah lembut atau memberikan jalan, jutsu bisa diartikan sebagai seni dan latihan, sedangkan do berarti prinsip atau cara yang menjadi konsep hidup sendiri. Jujutsu bisa diartikan sebagai seni yang “lemah lembut” dengan tujuan mengalah lebih dahulu untuk mencapai kemenangan.
        Dachlan Elias (1987:70) menjelaskan tentang keistimewaan Judo sebagai olahraga beladiri bahwa, “Judo adalah olahraga yang universal, judo tidak mengenal macam-macam aliran, faham seperti olahraga lainnya”. Kemudian Noors (2000:8) menjelaskan, “Judo terdiri dari dua suku kata, yaitu Ju dan Do. Ju berarti halus atau lembut dan Do adalah cara atau jalan. Jadi kata Judo adalah cara yang halus atau jalan yang lembut.” Selanjutnya Kadir (1985:15) menjelaskan, “Tujuan Judo adalah untuk membina mental maupun fisik seseorang berjiwa kesatria yang disesuaikan dengan arti daripada Judo sendiri, yaitu Ju berarti kebenaran dan Do berarti jalan, jadi seorang pejudo itu haruslah berjalan pada garis yang benar sesuai dengan jiwa seorang kesatria.”

1.     Latihan Dasar Dalam Olahraga Judo
Latihan dasar dalam olahraga judo meliputi persiapan (shizen), teknik pegangan (kumikata), teknik mengacaukan keseimbangan lawan (kuzushi), teknik berputar (tai sabaki), cara berjalan (shintai), saat kehilangan keseimbangan (tsukuri), saat melakukan teknik (kake), dan cara jatuh (ukemi). Latihan-latihan dasar ini dimaksudkan agar pejudo mempunyai kemampuan yang mendasar dalam belajar atau berlatih teknik-teknik judo selanjutnya yang merupakan teknik-teknik beladiri.
            Sikap Persiapan (shizen). Sikap persiapan dalam olahraga judo merupakan hal yang penting, baik dalam latihan maupun pertandingan. Hal ini disebabkan sikap persiapan merupakan salah satu indikasi penggunaan suatu teknik judo, sehingga setiap pejudo akan selalu waspada dengan sikap persiapan yang digunakan oleh lawannya.
Sikap persiapan dalam olahraga judo dibagi menjadi dua bagian yaitu sikap berdiri biasa (shizen hontai) dan sikap bertahan (jigotai).

Teknik Pegangan Dalam Olahraga Judo (Kumikata). Dalam suatu pertandingan, setiap pejudo mempunyai karakteristik pegangan yang berbeda-beda. Teknik pegangan yang biasa digunakan adalah pegangan dua tangan dan pegangan satu tangan. Teknik pegangan ini merupakan indikasi tipe pejudo itu sendiri yaitu tipe menyerang, bertahan maupun tipe serangan balik.
Pegangan merupakan salah satu tahapan untuk melakukan suatu teknik judo. Dengan kata lain pegangan berpengaruh terhadap gerak selanjutnya.
  
 Teknik Mengacaukan Keseimbangan Lawan (Kuzushi). Kuzushi adalah suatu cara untuk menghilangkan keseimbangan tubuh lawan, sehingga keadaan tersebut memudahkan seorang pejudo untuk melakukan bantingan dengan tenaga yang minimal. Kuzushi terdiri dari delapan arah yang dikenal sebagai Happono-Kuzushi. Mengenai kuzushi dengan sikap berdiri biasa dan pegangan biasa dijelaskan oleh Kano (1989:42) sebagai berikut:

1)      Tori menarik Uke ke depan
2)      Tori mendorong Uke ke belakang
3)      Tori menarik Uke ke samping kiri
4)      Tori menarik Uke ke samping kanan
5)      Tori mendorong Uke ke sudut kanan belakang
6)      Tori menarik Uke ke ke sudut kanan depan
7)      Tori mendorong Uke ke sudut kiri belakang
8)      Tori menarik Uke ke sudut kiri depan

Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Kadir (1999:24) menjelaskan, “Dasar kuzushi adalah mendorong dan menarik yang dilakukan dengan seluruh tubuh (full body), tidak hanya dengan lengan atau tangan.” Lebih lanjut Kadir (1999:24) menjelaskan sebagai berikut:

Untuk dapat melakukan bantingan atau lemparan judo yang baik terlebih dahulu harus menghilangkan keseimbangan lawan. Penggunaan tenaga atau kekuatan yang paling efisien, adalah sangat penting untuk memecahkan atau menghilangkan keseimbangan lawan berpegang pada prinsip tenaga gerak.


Teknik Berputar (Tai Sabaki).  Tai sabaki adalah bergerak dengan teratur untuk melakukan suatu teknik di mana semua unsur badan ada koordinasi yang baik dalam waktu yang tepat, mulai tangan, kaki, dan pinggang menuju suatu arah tertentu. Ada lima jenis tai sabaki yaitu: 1) Gerak memutar samping depan (mae sabaki), 2) Gerak memutar samping belakang (ushiro sabaki), 3) Gerak memutar balik silang (mae ushiro sabaki), 4) Gerak memutar maju (mae mawari sabaki), dan 5) Gerak memutar mundur (ushiro mawari sabaki).
  
Cara Berjalan (Shintai). Shintai adalah cara berjalan baik ke arah depan, belakang maupun samping. Cara berjalan ini turut menentukan proses pelaksanaan teknik bantingan. Secara alamiah, cara berjalan biasa disebut ayumi ashi, tetapi cara berjalan yang biasa digunakan pejudo apabila berhadapan dengan lawan disebut tsugi ashi. 
 
 Saat Kehilangan Keseimbangan (Tsukuri) dan Saat Melakukan Teknik (Kake). Pada saat seorang pejudo akan melakukan suatu teknik bantingan, terdapat dua istilah yang satu sama lain sering berkaitan yaitu Tsukuri dan Kake. Mengenai Tsukuri dan Kake dijelaskan oleh Kano (1985:44) bahwa, “To execute a throw (kake), after breaking your opponent’s balance you must move your body into position for the throw. This is known as tsukuri.” Kemudian Noors (1985:13) menyatakan, “Tsukuri adalah saat melakukan gerakan untuk melaksanakan teknik sampai saat lawan hilang keseimbangannya. Kake adalah saat untuk melaksanakan teknik.”

Cara Jatuh (Ukemi). Sebelum seorang pejudo belajar teknik membanting, ia harus dapat menguasai cara jatuh dengan baik dan benar agar pada saat latihan atau pertandingan apabila dibanting oleh lawan dapat menghindari cedera akibat jatuhan tersebut. Noors (1989:13) menjelaskan, “Ukemi adalah cara untuk menghindarkan diri dari kecelakaan dalam latihan dan pertandingan yang berupa teknik-teknik jatuhan / cara jatuh …” Berkenaan dengan cara jatuh, Hidayat (1990:67) menjelaskan sebagai berikut:

Seseorang yang dibanting atau terjatuh, saat jatuh melakukan teknik ‘memecah jatuh’. Tujuannya adalah agar supaya perkenaan saat impact diusahakan sebesar-besarnya / seluas-luasnya. Saat jatuh, tangan memukul lantai (mengurangi G), seluruh bagian tubuhnya jatuh bersamaan sehingga luas permukaannya besar.


            Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik-teknik penunjang yang berperan penting dalam olahraga judo meliputi teknik persiapan, pegangan, mengacaukan keseimbangan lawan, berputar, berjalan, saat kehilangan keseimbangan, melakukan suatu teknik dan cara jatuh.

Saturday, March 2, 2013

Aspek Psikologis Atlet Bola Voli

Aspek psikologis merupakan salah satu aspek penting dalam proses pembinaan atlet olahraga bola voli. Hal ini didasarkan pada beberapa anggapan yang menyatakan bahwa faktor non-fisik akan besar pengaruhnya terhadap prestasi atlet untuk dapat memenangkan pertandingan.
Aspek-aspek psikologis dalam olahraga secara garis besar meliputi motivasi, kepribadian, kepercayadirian, kedisiplinan, stress, kecemasan dan frustrasi. Aspek-aspek psikologis tersebut memberikan pengaruh yang beragam terhadap penampilan atlet bahkan terhadap prestasi yang dapat dicapai oleh atlet.
Motivasi berperan dalam menumbuhkan kemauan dalam diri atlet yang didukung oleh lingkungan untuk mencapai target yang ditetapkan. Adanya motivasi untuk bertanding dan bermain sebaik mungkin merupakan awal yang baik, apalagi didukung oleh lingkungan yang memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada atlet untuk menunjukkan kemampuannya secara maksimal. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Cofer dan Appley (1968:8) bahwa, “Motivation as the process of arousing action, sustaining the activity in progress, and regulating the pattern of activity.” Penjelasan tersebut mengandung makna bahwa motivasi merupakan proses mengatur pola aktivitas. Pengertian mengatur pola aktivitas manusia dapat juga berarti mendorong seseorang untuk bertindak atau tidak bertindak. Oleh karena itu dengan kemauan yang keras (motivasi yang tinggi) maka seorang atlet akan berupaya semaksimal mungkin untuk dapat mencapai tujuan.
Kepribadian merupakan sesuatu yang sulit untuk diamati, karena wujudnya hanya tercermin dalam cita-cita, watak, sikap, sifat-sifat dan perbuatannya. Oleh karena itu untuk memahami kepribadian seorang atlet dapat dilakukan diantaranya dengan mengamati sifat-sifat dan sikapnya.
Setyobroto (1989:36) menyatakan, “Sifat-sifat kepribadian bukanlah hal yang bersifat tetap, tetapi dapat berubah dan dapat dipengaruhi.” Magnusson dan Endler (Setyobroto, 1989:37) menyatakan, “Faktor-faktor kognitif merupakan determinan penting dari tingkah laku, meskipun faktor-faktor emosional juga tidak boleh diabaikan.” Selanjutnya Morgan (Setyobroto, 1989:37) menyatakan, “Dalam proses interaksi maka untuk memahami kepribadian seseorang harus diutamakan mengetahui persepsinya dan hal-hal yang berhubungan dengan kognisinya.” Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh kepribadiannya, sedangkan kepribadian itu sendiri dominan dipengaruhi oleh kemampuan kognitif. Mengenai pentingnya kepribadian dalam proses pembinaan atlet oleh Setyobroto (1989:37) dijelaskan, “Penelitian tentang personality traits atau sifat-sifat kepribadian dalam olahraga dilakukan untuk lebih memahami kepribadian atlet, sehingga dapat memprediksi kemungkinan tingkah laku dan penampilan atlet menghadapi situasi tertentu dalam pertandingan.” Hasil penelitian Ogilvie (Setyobroto, 1989:36) melaporkan bahwa kepribadian para atlet berubah setelah mengikuti program pembinaan, yaitu: “1) Self-controlnya lebih baik, sehingga lebih dapat menguasai diri, 2) Kemampuan menolak kecemasan lebih tinggi, 3) Tampak lebih gembira dan bahagia dalam menghadapi suatu keadaan.”
            Percaya diri merupakan modal utama seorang atlet untuk dapat maju, karena pencapaian prestasi yang tinggi dan pemecahan rekor atlet itu sendiri harus dimulai dengan percaya bahwa ia dapat dan sanggup melampaui prestasi yang pernah dicapainya.
            Eksistensi diri merupakan wujud pembuktian seseorang untuk mendapat pengakuan dari lingkungan tentang keberadaan dan kontribusinya terhadap lingkungan. Pengakuan dari lingkungan merupakan hal penting, karena menyangkut partisipasi dan penghargaan yang akan diterima. Dalam dunia olahraga pengakuan lingkungan terhadap eksistensi seorang atlet sangat dibutuhkan karena lingkungan dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap kondisi dan keberadaan atlet.

Tuesday, July 10, 2012

NORMA-NORMA PEMBEBANAN DALAM LATIHAN


Norma-norma pembebanan latihan meliputi volume, intensitas, interval dan densitas. Adapun pembahasan mengenai norma-norma pembebanan adalah sebagai berikut:
1.      Volume
Dalam suatu latihan biasanya berisi drill-drill atau bentuk-bentuk latihan. Isi latihan atau banyaknya tugas yang harus diselesaikan ini disebut volume latihan. Tentang hal ini oleh Chu (1989:13) dijelaskan, “Volume is the total work performed is single work at session or cycle”. Sedangkan mengenai pentingnya volume latihan oleh Bompa (1993:57) dikatakan, “As an athlete approaches the stage of high performance, the overall volume training becomes more important”. Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap latihan harus memperhatikan volume latihan selain dari intensitas latihannya.
2.      Intensitas
Intensitas latihan oleh Moeloek (1984:12) dijelaskan, “Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan”. Kemudian Chu (1989:13) menyatakan, “Intensity is effort involved in performing a given task”. Jadi intensitas latihan adalah besarnya beban latihan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
Untuk mengetahui suatu intensitas latihan atau pekerjaan adalah dengan mengukur denyut jantungnya. Cara mengukur intensitas ini oleh Harsono (1988:115) dijelaskan, “Intensitas latihan dapat diukur dengan berbagai cara, diantaranya mengukur denyut jantung (heart rate)”. Selanjutnya Katch dan McArdle yang dikutip oleh Harsono (1988:116) menjelaskan:

1)      Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut jantung/nadi dengan rumus: denyut nadi maksimum (DNM) = 220 – umur (dalam tahun). Jadi seseorang yang berumur 20 tahun, DNM-nya = 220 – 20 = 200.
2)      Takaran intensitas latihan
a.       Untuk olahraga prestasi: antara 80%-90% dari DNM. Jadi bagi atlet yang berumur 20 tahun tersebut takaran intensitas yang harus dicapainya dalam latihan adalah 80%-90% dari 200 = 160 sampai dengan 180 denyut nadi/menit.
b.       Untuk olahraga kesehatan: antara 70%-85% daari DNM. Jadi untuk orang yang berumur 40 tahun yang berolahraga menjaga kesehatan dan kondisi fisik, takaran intensitas latihannya sebaiknya adalah 70%-85% kali (220 – 40), sama dengan 126 s/d 153 denyut nadi/menit.
Angka-angka 160 s/d 180 denyut nadi/menit dan 126 s/d 153 denyut nadi/menit menunjukan bahwa atlet yang berumur 20 tahun dan orang yang berumur 40 tahun tersebut berlatih dalam training sensitive zone, atau secara singkat biasanya disebut training zone.
3)      Lamanya berlatih di dalam training zone:
a.       Untuk olahraga prestasi: 45 – 120 menit
b.       Untuk olahraga kesehatan: 20 – 30 menit
3.      Interval
Masa pulih atau recovery dari setiap penyelesaian suatu tugas adalah hal yang perlu diperhatikan karena menyangkut kesiapan tubuh umumnya dan otot-otot khususnya untuk menerima beban tugas berikutnya. Mengenai masa pulih ini, Brittenham yang diterjemahkan oleh Soepadmo (1996:12) menjelaskan sebagai berikut:

Adaptasi fisik terjadi pada saat istirahat, karena pada waktu itu tubuh membangun persiapan untuk gerakan berikutnya. Maka istirahat yang cukup akan memberikan hasil yang maksimal. Jika anda terlalu giat berlatih dan tidak memberikan kesempatan tubuh beristirahat diantara tiap sesi latihan, maka anda akan mengalami kelelahan atau bahkan kemunduran.


4.      Densitas
            Densitas merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekerapan latihan dan merupakan frekuensi latihan yang dilakukan, diselingi waktu istirahat atau bisa disebut pula dengan kepadatan latihan, seperti 3 set  @ 20 x pukulan forehand groundstroke = 60 kali, jadi kepadatannya adalah 60 kali pukulan forehand groundstroke.

Permainan Bola Basket

Kata dasar dari permainan adalah main. Kata main menurut Poerwadarminta (1984:620) berarti, “Perbuatan untuk menyenangkan hati (yang dilak...